124. Daddy and Son Day Out (2)
Slipping Through My Fingers – Meryl Streep
Sudah hampir 10 menit dan yang dilakukan Daniel hanya berputar-putar bingung memilih barang apa yang cocok untuk Mikha. Ruby dari jauh hanya memandang putranya dengan tatapan penuh pujaan. Lagi. Perasaan senang, sedih, sekaligus bangga kembali menghampiri dirinya. Putra kecilnya yang dulu suka mengikutinya kemana-mana, tangan mungilnya selalu menggenggam erat tangannya ketika sedang melihat-lihat barang agar tidak kehilangan ayahnya sekarang sudah bisa apa-apa sendiri. The small hand that used to slipped between his fingers is now all grown up. The boy who can’t reach the high cabinet without his help are now capable tp do everything on his own.
Daniel menghampirinya dengan senyuman puas di wajahnya. “Ayo Dad bayar.” Semua bisa dilakukan sendiri kecuali bagian yang satu ini. Tapi tidak masalah. Akan ada waktu di mana anak-anaknya tidak lagi meminta uang kepadanya dan selagi menunggu waktu itu datang Ruby akan terus memanjakan anak-anaknya.
Sekarang mereka sedang berada di toko perlengkapan mandi dan Ruby melihat sampo wangi blueberry yang disukai Danielle, Daniela dan Daniel. Sampo yang membuat rambut Daniel menjadi kesukaan Elion.
Ruby ingat sekali pulang sekolah Daniel mengadu kalau rambutnya diciumi dan dimainkan terus oleh teman sekelasnya. “Daddy!!! Liat nih rambut Nini acak-acakan. Anak baru di kelasku itu suka banget cium-cium sama mainkan rambut. Nini no likey!” Begitu celoteh marah-marah milik putra kecilnya sepulang sekolah dan keesokan harinya Danielle dan Daniela memarahi Elion karena sudah menganggu saudaranya. Nikolei juga ikut berkacak pinggang untuk memarahi Elion dan memperingatinya kalau Daniel adalah miliknya.
“Lucu banget deh dulu mereka jadi berantem karena Eli tetep bandel mau nyiumin rambutku karena katanya aku cuma milik Tuhan bukan milik Lei. Sampai sekarang pun dia masih suka curi-curi kesempatan buat nyiumin rambut aku. Kadang-kadang dikuncir juga biar lucu katanya.” Daniel menggelengkan kepalanya mengingat kelakuan konyol temannya yang hingga saat ini masih dilakukan.
Selesai membayar belanjaannya mereka berjalan lagi ke toko berikutnya. Membeli beberapa kue manis sebelum pulang ke rumah.
“Tadi ceritanya sampai mana?” Tanyanya kepada Daniel sambil memilih-milih kue. “Eli sama Lei berantem, Dad.”
The trouble didn't stop there. Saat Nikolei dan Elion sedang bertengkar ada satu orang yang mendaptkan kesempatan yang tepat untuk mendekati Daniel. Anak itu mencuri sebuah ciuman dari pipi Daniel membuat kedua orang yang sedang sibuk adu mulut langsung memalingkan wajah mereka dan berteriak histeris sementara itu Danielle dan Daniela langsung menarik saudara mereka dan memeluknya agar tidak ada lagi yang berani menjahilinya. Sang pelaku tersenyum bangga dan menyeret Elion supaya tidak kembali bertengkar dengan Nikolei.
“Oi! Kok kamu cium Nini?” Todong Elion kepada Mikha. “Ya, suka-suka aku dong! Kan kamu dari kemarin juga cium-cium rambutnya Nini mulu masa aku ga boleh!” Kini rekan bertengkar Elion berubah menjadi Mikha.
Esok harinya Mikha kembali mencuri ciuman dari pipi gembul Daniel dan karena rasa gemas yang tak terbendung ia gigit pipi kanan temannya. Daniel yang kesal karena tidak ada jeda untuk dirinya melarikan diri dari ciuman-ciuman tak terduga langsung menangis dengan keras karena pipinya sakit sekaligus menyalurkan emosinya yang terpendam. Nikolei berlari dengan cepat menghampirinya dan memeluknya dengan erat. Daniel juga memukul Mikha karena kelewat emosi dan berakhir keduanya menangis di kelas. Elion dan Nikolei saling bertatapan bingung harus berbuat apa. Haruskah mereka juga ikut menangis seperti temannya.
“Abis itu Daddy sama Mamanya Mikha dipanggil sama guru karena kalian berdua bikin gaduh di kelas.” Ruby mengambil Macaroon kesukaan Daisy. “Daddy bujuk kamu susah banget soalnya kamu pas itu kesel banget sama Mikha sampai pengen pindah kelas.”
“Lagian mereka usil banget ke aku. Padahal anak baru tapi udah berani cium-cium. Lei aja kalo mau nyium pipiku izin dulu,” gumam Daniel.
Dicolek pipi gembul Daniel. “Mereka gemes banget sama kamu makanya sun-sun mulu. Anak Daddy bentuknya kaya boneka semua dulu gimana orang-orang pada ga gemes.”
“Tapi ga ada tuh yang berani cium Dani apalagi Niel?”
“Soalnya mereka galak dan ngelawan kalo diusilin. Kalo kamu kan diem aja dan baru meledak di akhir. Makanya jadi gampang diusilin.”
“Sekarang aku udah berani ngelawan aja mereka masih tetep cengengesan sambil ngusilin aku.”
“Karena mereka sayang kamu.”
Daniel memalingkan wajahnya ke Ruby dan melotot tidak percaya. “Mana ada sayang. Masa dari kecil sampai sekarang, semuanya sikapnya pada ga berubah,” dengus Daniel.
Ah, ternyata tidak sepenuhnya berubah. Mereka tetaplah anak-anak yang masih suka menyalurkan afeksinya dengan caranya masing-masing. Marcus yang masih menjadikan Daniel sebagai muse lagunya baik izin maupun tanpa izin. Nikolei yang gemar memberi sesuatu agar Daniel terus ingat dengan dirinya. Elion yang suka sekali dengan rambut Daniel. Mikha dengan seribu satu caranya untuk menganggu Daniel. Semuanya masih lah sama. Hanya bertumbuh semakin dewasa.