114. Something About Mikha
Selama mereka berteman Mikha merupakan anak yang paling penuh afeksi. Marc seringkali menjadi korban dari pelukan dan ciuman di pipi. Tetapi kalau berhadapan dengan Daniel sikapnya berubah. Mikha lebih bermain kucing-kucingan yang membuat Daniel kecil menangis cemburu dan sebal ketika Mikha sedang berbuat iseng.
Kembarannya kemarin memperingati untuk bersiap-siap menghadapi sikap clingy ketiga temannya. Mereka tidak tahu kalau selama dirinya sakit Mikha jadi ikut clingy kepadanya. Mikha yang dulu suka bermain tarik ulur dengannya kini dengan manjanya menempeli Daniel dan yang ditempeli juga tidak menolak karena sebenarnya dia duluan yang mulai bersikap manja.
Keduanya kini saling bersandar dengan Daniel yang meletakan kepalanya di bahu kiri mikha dan mereka menonton konten-konten di tiktok. Handphone di tangan Daniel dan sesekali ia iseng scroll video selanjutnya dengan cepat. Membuat Mikha gemas dan berakhir pinggang rampingnya habis dikelitiki. Daniel tertawa begitu lepas membuat Mikha semakin gemas dan mengigit pipinya yang masih hangat karena efek dari demamnya.
“Mikha jorok banget, ih, pipi gue basah nih jadinya.” Daniel hendak membalas untuk menggigit tetapi Mikha malah menelusup ke perpotongan lehernya dan berucap, “Nini main hp mulu nanti aku aduin ya ke Papi Jo kalo anaknya ga istirahat.” Suara rendah Mikha bergetar pada samping leher dan telinganya. Daniel freeze at that moment. Unable to move a limb as he quitely shut his phone. Closing his eyes when mikha hold him closer.
Ujung hidung Mikha terus bergesekan dengan kulit leher Daniel. Mikha mengendus rambut panjangnya yang melengkung cantik di bawah telinganya. Perbuatan sahabatnya membuatnya sedikit merinding dan detak jantungnya berpacu cepat. Jadi begini yang selama ini Marc rasakan ketika Mikha dalam mode clingy 100% dan Daniel tidak terbiasa dengan sisi Mikha yang satu ini.
Mikha kini berada di atas dirinya. Matanya menatap dengan sayu dan tajam. Daniel seakan kelinci yang sedang diawasi oleh mangsanya. “Do you allow me?” Mikha bertanya dan Daniel hanya bisa mengangguk mengiyakan. Matanya kembali terpejam tidak kuat menatap sorot mata Mikha. Sebuah ciuman didaratkan pada pipi kiri dan kanan, hidungnya, matanya, dan terakhir dahinya. “Jangan sakit lagi.” Begitu ucap Mikha sambil mengusap kedua pipi kemerahannya. “Kalo ada isi pikiran yang ganggu jangan dipendem sendiri. Bagi sama aku, mau ya?”
Mikha kembali mengukungnya lagi seperti semula. Daniel never feel so small and he sheepishly nodded. Mata berbinarnya menatap mata coklat gelap orang di atasnya. Mikhanya sudah jauh berbeda. Otot hasil kerja kerasnya di gym bersama Eli membuahkan hasil. Isi pikiran Daniel berputar seakan terhipnotis dengan perbedaan yang ada. He secretly likes it when a man manhandled him. When it is Mikha.