106.
Daniel menggeliat di atas kasurnya. Mencari posisi tidur yang enak tetapi kepalanya kembali pusing. Efek obatnya yang sudah hilang atau kelamaan tidur Daniel tidak bisa berpikir. Jadi ia memutuskan untuk bangun dan duduk sambil memijat kepalanya sendiri. Tenggorokannya juga kering. Saat ingin mengambil air minum di mejanya ternyata kosong. Dengan langkah yang berat Daniel mencoba untuk berjalan untuk mengambil air ke luar kamarnya. Baru lima langkah dirinya sudah jatuh terduduk karena terlalu pusing dan seluruh tubuhnya lemas.
Rasa ingin menangis tibsa-tiba merayap dalam dirinya dan pada akhirnya Daniel menangis kencang. Tangisan karena sakit kepala dan sekujur tubuh yang sakit berubah, menjadi tangisan karena frustasi berubah lagi, menjadi tangisan merasalah bersalah sudah merepotkan orang berubah, menjadi tangisan tentang masa depannya berubah, jadi tangisan tentang semua hal yang selama ini ia pendam sendirian. Bahunya bergetar hebat dan napasnya tersenggal-senggal.
Sunyinya rumah karena hanya dihuni oleh dua orang membuat Mikha yang sedang memasak comfort soup kesukaan Daniel langsung mematikan kompor dan berlari ke kamar. Ia melihat Daniel yang sedang terduduk tidak jauh dari kasurnya. Tanpa banyak bicara Mikha menggendong Daniel untuk duduk kembali di kasurnya. Daniel duduk menyamping di pangkuannya sambil meremas kaos Mikha. Diusapnya punggung kecil milik Daniel yang selama ini selalu tegak dan kuat.
Hatinya seakan dicubit dan dibagi menjadi beberapa bagian mendengar pujaan hatinya menangis dengan penuh pilu. Daniel memang mudah ngambek dan gampang marah. He also wore his heart on his sleeve and cry a lot over little things. Tapi jarang sekali ia menangis seakan sedang mencurahkan isi hatinya. Mikha knows and cares every little things about Daniel.
Seiring dengan meredanya tangisan Daniel diusapnya sisa-sisa air mata di wajah cantik Daniel. He got that pretty face that can make everybody jealous of him.
“Udah curhatnya? Masih ada yang mau diceritain lagi?” Tanya Mikha dengan suara selembut sutra. Daniel menggeleng sebagai jawabannya. Selama beberapa saat mereka tetap diam dalam posisi yang sama. Mikha memeluk sekaligus menopang tubuh dalam dekapannya dan Daniel meletakan kepalanya di atas bahu Mikha.
“us..” ucapnya pelan.
“Nini ngomong apa tadi?”
“Haus.. Minum.”
Mikha melihat gelas yang seharusnya ada di atas meja kini ada di lantai. Sekarang ia mengerti awal mula kenapa Daniel bisa berada di bawah. “Aku ambilin air dulu, ya, ke bawah.” Mikha hendak mendudukan Daniel di kasurnya tetapi Daniel malah memeluknya semakin kuat. “Pusing. Jangan tinggalin.” The longest sentence he said after crying his heart out. Suara Daniel terdengar cukup serak.
Bujukannya tidak mempan sama sekali. Daniel tidak mau lepas dari dirinya dan Mikha tidak punya pilihan lain selain menggendong Daniel. Bagai anak koala, ia menempel dengan erat kepada Mikha. Thanks to all the hard work on the gym kini Mikha bisa dengan mudahnya menggendong Daniel. Egonya juga sedikit membusung tinggi ketika Daniel menatapnya seakan tidak percaya ia baru saja digendong. Like he weight nothing to him.
Mikha mendudukan Daniel di atas kursi dan memberinya air hangat. Ia juga menyuapi sup yang barusan dibuat untuk Daniel. He take care of Daniel with love. Kalau ada orang yang melihat mereka bisa dianggap sebagai sepasang kekasih karena perbuatan Mikha yang sangat manis kepada Daniel. Dari tadi Mikha mondar-mandir sementara Daniel hanya duduk manis. Who thought he can be sweet and caring. Daniel try remeniscing the old days to remember something. Does Mikha has always been so sweet and he never notice until now.