The Truth
CW // Make out, Kissing
Ketukan terdengar pada daun pintu kamar hotel Elle. Tidak perlu ditanya lagi ia tahu siapa yang mengetuk. Dengan segera ia membuka pintunya dan mempersilahkan tamunya masuk. Elle kembali duduk di atas kasurnya dan Narendra duduk di atas kursi samping kasur Elle.
Elle tampak murung dan sedih. Wajah yang sama dengan dua tahun yang lalu. Matanya juga sedikit sembab. Menandakan Elle habis menangis. Hati Narendra seperti dicubit melihat orang yang ia sayangi bersedih seperti itu. Kalimat dari Nate tiba-tiba melayang di pikiran Narendra.
“Gabrielle.” Panggil Narendra dengan lembut. “Elle.”
Elle mengangkat wajahnya menatap Narendra. “Elle, nggak apa-apa kalo masih sayang sama Nate. Nggak apa-apa kalo lu mau balik ke Nate lagi.”
Elle yang mendengar kalimat Narendra barusan tiba-tiba saja menangis. Narendra tentu saja bingung. Apakah ia ada salah ucap atau tidak atau jangan-jangan Elle memang masih menyimpan rasa kepada Nate. Oleh karena itu ia menangis kencang seperti sekarang.
Tangisan Elle terus berlanjut ditambah dengan senggukan khas orang menangis. Narendra berdiri dari duduknya dan berlutut di depan Elle, “Hey, it’s okay to cry. I know you still love him too—”
“I love you, Narendra. Ain’t that the worst thing you ever heard?” Elle berucap dengan napas yang tersenggal-senggal. “My thoughts is full of you. Full of all the things we did together in Paris two years ago. It was short, but it gave a very meaningful moment for me.” Elle menarik napas panjang.
Elle menangkupkan kedua tangannya di wajah Narendra. “Gua kaya orang bego mikirin lu terus selama dua tahun. Ga berani chat lagi karena dua kali ngechat dua kali juga cuma lu read and it turns out to be a miscommunication. Gua kira gua bego udah nyimpen rasa sama lu or maybe I am dumb?”
Narendra bangun dari sesi berlututnya dan memeluk Elle. “No. It’s me the one who is dumb.” Narendra memberi sedikit jarak dan menaruh kedua telapak tangannya di wajah Elle. “Gue nggak mau lu balikan sama Nate lagi. After everything he did to you. Ga. Gue ga rela dan nggak akan pernah ikhlas. But it was never my place to avoid you from getting back with him. Makanya gue pura-pura buat nggak apa-apa.”
Bukannya berhenti menangis Elle malah semakin sesenggukan. Berusaha menghirup udara dengan napas tersenggalnya. Narendra dengan sel-sel otaknya yang seketika berhenti berfungsi tidak bisa berfikir hal lain selain melumat bibir Elle.
Ia mendorong tubuh Elle hingga terlentang di tempat tidur dan kembali melumat bibir semerah buah ceri. Elle mendorong bahu Narendra meminta jeda sejenak sebelum kembali membalas ciuman Narendra. Rasa kopi americano sangat ketara dan Elle menyukainya.
Narendra menggigit bibir bawah Elle lalu menyudahi sesi make out mereka. Ia mengelus pipi kanan Elle dengan ibu jarinya. “I’m sorry for making you cry but I am more sorry for making you cry this way.” Narendra kembali mencium bibir ranum Elle. Hanya sebuah ciuman singkat. Kemudian pindah ke pipi kemerahan Elle, hidung bulatnya, mata indahnya, dan terakhir di dahi.
Kedua anak adam tersebut sedang berdiam diri dengan Elle yang menaruh beban kepalanya di atas bahu Narendra. Tangannya ia gerakan membentuk pola abstrak pada dada bidang pria itu.
“You know,” ucap Elle.
“Hmm?”
“It’s a cruel summer for me, Na.”
“Imagine getting your heart broke two times with two boys in the meanest time. Gue sampe mikir kalo semua hal yang terjadi di paris bareng lu tuh cuma hasil daydreaming doang.”
Narendra sedikit tersentak dengan kalimat terakhir Elle, “I—Aku minta maaf udah bertindak kaya gitu. Kalau disuruh minta maaf sambil berlutut, aku bakal lakuin sekarang juga. Aku nggak keberatan untuk berlutut lagi if it’s about you.”
“There's no need for that. Cukup kaya gini aja sekarang udah bikin gua tau gimana perasaan lu.”
“Gabrielle.”
“Hmm?”
“Your words earlier, ‘I love you’ is not the worst thing I ever heard, it's the opposite. It is the best thing I've ever heard.” Narendra mengarahkan dagu Elle untuk menatap dirinya. “Tapi gue ga mau secepet itu buat menetapkan status di antara kita. I want us to learn each other more deeply and then we can decide whether we will be together or not.”
“Me too. Gue juga nggak mau terlalu cepet. What happen to me and nate has taught me something,” balas Elle.
“Serious question, do you want to be with him again or not?”
Elle bangun dan menegakan tubuhnya. Ia menunjukan raut kecewanya kepada Narendra. “Kata-kata gue pas nangis tadi kurang jelas, ya?”
Dengan cepat Narendra menangkup wajah Elle hingga kedua matanya tidak terlihat. “Eh, yaampun, bercanda gab.” Sebenarnya ia tidak bercanda dengan pertanyaanya. Namun biarkan ia pendam pertanyaan tersebut menjadi candaan.
Elle melepaskan kedua tangan Narendra dari kedua wajahnya. “Bercandanya jelek. Narendra jelek!” Elle memukul pelan lengan Narendra sementara yang dipukuli hanya tertawa lepas.