Sorting Hat
Aku merasa ada yang mengganggu tidurku. Siapa sih dari tadi yang mengguncang-guncangkan badanku. Tidak tahu apa lagi tidur enak. Sebentar. Astaga aku lupa sudah tidur berapa jam. Mataku reflek terbuka dan mencari handphone hanya untuk melihat kalau sekarang sudah pukul 6.30 malam.
Untung saja aku terbangun. Eh… Sebentar tadi rasanya ada yang berusaha membangunkanku. Orang itu ternyata masih berdiri di sisi ranjang yang aku tiduri. Mataku bertemu dengan matanya yang terlihat sangat dingin. Seperti tidak ada pancaran kehidupan di sana.
“Anu.. Itu.. Aduh gimana ya ngomongnya. Makasih udah bangunin.” Kumpulan kosakata di otakku mendadak lenyap begitu saja. Aku mendadak gugup karena berusaha untuk tidak melepas kontak mata dan sepertinya pria di depanku ini mengerti. Dia hanya mengangguk dan kembali lagi ke ranjangnya.
“Tadi ada yang telpon berkali-kali,” ucapnya. “Maybe it's important.”
“Ah, iya, terima kasih.” Segera ku periksa daftar panggilan dan nama yang terpampang 'Leroy' dia pasti sekarang sedang marah karena aku tidak kunjung bangun dan mengangkat teleponnya. Aku tebak dia sedang menuju ke sini.
“Hazel Cartier, bangun dari tidur before I drag your ass to the Great Hall.” Kan benar tebakanku.
“Ayo, Markov udah duluan di Great Hall,” ajaknya. Aku dan Leroy pergi meninggalkan kamar itu menuju ke Great Hall.
Aku gugup. Sangat amat gugup. Bisakah seremoni ini dilewatkan saja atau kalau bisa 3 detik sebelum namaku disebut aku ingin lari sekencangnya dan kembali ke dunia muggle dan bersekolah di sana. Kaki jenjangku sudah siap berlari 3 detik sebelum 3… 2… 1… Hazel Cartier silahkan maju nak.
Ah sial aku menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur. Sekarang sudah tidak ada jalan mundur. Semua mata menatapku. Oke. Aku bisa. Jangan gugup. Jangan panik. Everything will be just fine.
“Hmm… Yang satu ini isi kepalanya ribut sekali. Oh. Dirinya hampir kabur tadi, tapi niatnya diurungkan karena tidak hafal arah jalan di Hogwarts.” Seisi ruangan mendadak tertawa termasuk kedua temanku. Dasar topi sialan. “Sekarang dia menyumpah serapahiku. Sungguh murid yang menarik.” Sekarang wajahku berubah bagai kepiting rebus karena semua isi pikiranku diucapkan oleh topi ini begitu saja. Bisakah langsung sebutkan saja aku menjadi bagian dari house apa.
“Slytherin!”
Meja bagian anak-anak Slytherin bertepuk tangan menyambut anggota baru. Dengan sigap aku berlari ke arah mereka. Tepukan pada bahu dan pelukan aku terima sesampainya di meja tersebut. Ucapan sambutan tak kalah meriah menyambut.
Giliran temanku selanjutnya. Markov sebagai Gryffindor dan Leroy sebagai Ravenclaw. Persis seperti yang aku bayangkan.
Upacara seremoni malam ini sudah selesai kini kami semua kembali ke kamar yang tadi kami tempati untuk membereskan barang-barang dan menuju dorm house masing-masing. Aku sekamar dengan dua laki-laki yang namanya tidak aku ketahui. Oh, tapi yang satu lagi adalah anak yang membangunkanku tadi. Aku ingin berkenalan tapi sepertinya saat ini tidak penting. Lebih baik aku bergegas merapikan barang-barang dan segera beristirahat. Aku tidak mau terlambat masuk kelas pertamaku besok.