Incident

TW // Bullying

Time so flies fast, sekarang aku kelas 12. Masih awal semester tapi aku harap waktu berjalan dengan lebih cepat lagi. Aku sudah muak satu sekolah dengan si bangsat.

Tiada hari tanpa menggangguku dan aku bingung kenapa point house Gryffindor tidak kunjung dikurangi, walau mereka memiliki point paling rendah tetapi setiap satu anak itu membuat masalah tidak pernah aku lihat point Gryffindor berkurang. Hanya karena keluarganya banyak berkontribusi ke Hogwarts dan fakta bahwa dia mendapat privilege tersendiri di sini cukup menjawab pertanyaan yang barusan terlintas di pikiranku. Sial. Dasar anak manja.

Heyy look who's here. Our Slytherin boy seems so hungry. Lo ngambil makanan banyak banget. Dasar rakus.”

Aku hanya mendengus tidak mengindahkan perkataan Markov. Kalau ku ladeni nanti dia malah puas. Lebih baik diam dan segera menghabiskan makananku.

“Heh lo bisa nggak sih jangan gaduh sehari aja. Nevermind. Terlalu lama. Sejam aja deh.”

“Lo bukan siapa-siapa. Nggak berhak nyuruh-nyuruh,” balas Markov.

Said someone who likes to act like he is the most amazing wizard in this world. Gue, Rion, keturunan dari Weasley and my grandfather always told me to be humble. But in this case, I don't think I should humble myself for you.

Rion Weasley, wanita itu memang keren. Dia selalu berani untuk membela orang-orang sepertiku. Yang menjadi korban bully. Aku sangat ingin mentraktir dia sesuatu setidaknya sekali saja karena dia sudah berbaik hati untuk menolongku di saat Markov mulai bertindak terlalu jauh.

Well… My uncle almost dated your dear aunt if only he didn't choose to give up. And without her you are nothing. Her reputation is the one who makes your family famous.”

Lihat dia menyombongkan pamannya si Viktor Krum. Di sisi lain Rion terlihat menahan emosinya. Ucapan Markov sangat amat menyebalkan dan tentunya tidak benar sama sekali. Ibunya Fleur dan ayahnya Bill juga memiliki reputasi yang bagus. George Weasley juga sangat terkenal dikalangan para penyihir. Ucapan Markov sebenarnya sangat salah besar. Kalau saja meninju siswa tidak akan mendapat pengurangan point pasti Rion sudah melayangkan tinjunya.

One more thing, jangan pernah ganggu gue kalo gue sedang berurusan dengan manusia ini.” Markov menunjuk diriku dengan dagunya.

“Tapi Hazel itu temen, lo, berengsek,” teriak Rion tidak terima.

“Udah dibilangin nggak ada urusannya sama lo. Batu banget. Ah mood gue rusak.”

“Hazel, kali ini lo beruntung.” Setelah berkata seperti itu Markov pergi meninggalkan Great Hall diikuti Yeremia, Xavier, dan Ash. Namun Ash tampak menunjukan raut meminta maaf karena perbuatan Markov. Aku tidak menghiraukannya. Lebih baik fokus makan kembali.