96.

Here they are sit on the same table just like two years ago. Elle tersenyum canggung sementara Narendra tersenyum sumringah. Sesudah menyebutkan pesanan masing-masing Narendra membuka percakapan.

How's life, Gabrielle?”

Narendra memanggil nama Elle seperti dulu. Hal itu membuat pipinya sedikit bersemu.

“Kaya biasa. Nothing too good or too bad. How about you, Na?”

“Belakangan lumayan sibuk sama project besar.”

Elle mengangguk dan menyisakan keheningan di antara keduanya.

By the way, Elle, lu mikir ga kalo ini kebetulan banget? After two years kita ketemu lagi di Paris pula.”

“Kenapa ga bales chat gua?” tanya Elle to the point yang membuat Narendra tampak terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba tersebut. “Nevermind,” lanjutnya.

“Wait. Hold on, I think I have been missing something.” Narendra mengeluarkan handphone dari saku celananya dan tampak membuka sebuah aplikasi. Setelah beberapa saat pria itu tiba-tiba saja menepuk dahinya.

“Elle, gua berani sumpah gua lupa banget bales chat lu. Chat kayanya kepencet, gua mau buka chat client malah buka roomchat lu. Pas chat yang kedua gua baru inget lagi dan berniat buat bales nanti pas udah selesai urusan sama client tapi malah lupa bales sampe sekarang.”

“Gabrielle Shiloh, I’m deeply sorry for this.”

Elle menghembuskan napasnya. “Kirain sengaja ga dibales. I know we were stranger and you are just being nice to me.”

No. Gua beneran lupa. Kayanya mulai sekarang gua harus ikutin sarannya Dirga buat misahin nomor kerja dan personal.” Narendra tampak kecewa dengan perbuatannya sendiri. Kepalanya tertunduk lama.

“Gua sebenernya nungguin chat dari lu. I thought you forget about me. About us in Paris.

Pesanan mereka akhirnya datang dan percakapan terhenti. Narendra mengucap terima kasih dalam bahasa prancis. Setelahnya baik Elle dan Narendra menyantap makanannya dengan tenang tanpa obrolan apapun. Seperti biasa Narendra selesai makan duluan menyisakan Elle dengan makanannya yang tinggal beberapa suap lagi.

“Gabrielle, gua mau minta maaf lagi. Gua beneran ga bermaksud kaya gitu and I’m very sorry for making you think that way. Gua bukan stranger yang berbuat baik karena terpaksa. I did that all with no pressure and because I want to.”

Elle menatap Narendra dalam diam. “Elle, kalo lu ngga mau maafin gua ngga apa-apa kok. Trus juga kalo lu ga nyaman sama gua—”

“Na, sebentar, gua lagi nguyah wortel.” Elle kembali menguyah dan menelan makanannya. “Udah ga perlu dibahas lagi. Ternyata cuma salah paham aja kan.”

Narendra mengedipkan matanya. Ia sudah membayangkan omelan dari Elle tapi ternyata pria itu hanya menganggapnya seperti angin lalu. Elle tertawa melihat ekspresi pria di depannya.

We good now?” tanya Elle.

Narendra tersenyum, “Always been good.”