45.

Harvey telah duduk di kursi sebelah Keanu. Lengkap dengan seatbelt yang melingkar di tubuhnya.

First stop kita mau ke mana?” tanya Harvey.

“Karena ini masih pagi, jadi kita makan yang lunayan berat dulu buat isi tenaga. Belum sarapan kan?”

Harvey menggelengkan kepalanya. “I can't wait to see the place!” ujarnya. Keanu tersenyum melihat respon yang diberikan Harvey. Tangannya yang lebih kecil sedikit dari tangan Keanu mengepal seperti Doraemon.


Harvey terpukau ketika melihat interior restoran yang sedang ia kunjungi. Banyak barang-barang antik dan di sudut ruangan terdapat turntable lengkap dengan koleksi vinyl di sebelahnya. Para pengunjung bebas memutar satu piringan hitam untuk mendengar lagu favorit mereka.

Usai menyebutkan pesanan mereka diberi satu tiket untuk memutar satu lagu yang mereka inginkan. Keanu mempersilahkan Harvey untuk memilih lagunya sementara ia duduk mengamati Harvey yang sedang berjalan menuju sudut ruangan itu.

Alunan ritme yang familiar menyapa gendang telinganya. Harvey memilih untuk memutar lagu Billie Jean milih Michael Jackson.

Harvey kembali menuju mejanya sambil berjalan ala Michael Jackson. Keanu tertawa melihat tingkah Harvey. Matanya menghilang ketika sudut bibirnya terangkat. Harvey juga ikut tersenyum kemudian menyerukan suara Hee-hee ciri khas idolanya.

“Suka Michael Jackson?” tanya Keanu.

I’m a BIG FAN OF HIM.” Terdapat penekanan kata pada empat suku kata terakhirnya. “Kalau aja dia masih hidup, gua mau banget nonton konsernya.”

“Nonton konser gue aja,” gurau Keanu.

Alis sebelah kiri Harvey terangkat. “Bisa nyanyi?” tanyanya penuh selidik. “Nggak. Tapi gue bisa lipsing.”

“Dasar.” Harvey sudah berharap Keanu akan bernyanyi untuknya tapi pria itu hanya bergurau belaka.

Makanan akhirnya tiba. Keanu memesan hidangan berjudul Erwtensoep. Sup khas negara Belanda. Jantungnya berdebar ketika menunggu respon Harvey atas makanan yang dipesannya. Takut tidak sesuai dengan selera orang yang disukainya.

Mata Harvey berbinar setelah terbiasa dengan rasanya. Hidangan berbasis kacang tersebut terasa lezat di lidahnya.

“Enak banget!!! I never tried this before.” Harvey kembali menyendok sup tersebut ke mulutnya. Diam-diam ada yang bersorak senang saat usaha pertamanya berhasil dengan sukses.

Tepat sebelum sup tersebut habis datang lagi hidangan baru. Kroket berukuran sedang sebagai penutup makanan hari ini. Baik Harvey maupun Keanu langsung menyantap kroket tersebut sampai habis.

“Enak banget makanannya. Next time gue bakal ke sini lagi. Thanks Ken udah bawa gue ke sini.”

“Sama-sama. Selanjutnya kita ke toko es krim mau?”

Hell YES!!!” Harvey sangat suka dengan es krim. Akan selalu ada ruang untuk makanan satu itu.


“Galak banget yang jual,” gerutu Harvey sambil menyuap satu sendok es krim ke dalam mulutnya.

Baru kali ini ada penjual makanan tidak ramah tapi tempatnya selalu ramai dengan pengunjung. Rasanya memang lumayan tapi tidak dengan caranya memperlakukan pembeli.

“Emang kaya gitu orangnya. Untung rasanya lumayan.”

“Tapi lucu sih jadi mirip restoran luar. Restoran ala Karen gitu. Pembelinya dijudesin, dikatain, julidin sama waitressnya.”

“Pembelinya gak marah?”

“Nggak. Kan emang konsepnya kaya gitu. Para customer harus udah paham kalo nggak pasti berantem.”

“Bener juga—” fokus Keanu terpecah kepada sisa es krim yang menempel pada sudut mulut Harvey. Merasa diperhatikan akhirnya Harvey bertanya dengan ekspresi wajahnya. “You got some left over, here, let me help you.” Ibu jari Keanu menyapu bersih sisa es krim tersebut.

“Sebentar, gua bawa tisu basah, lap pake itu aja.” Harvey terlambat karena Keanu sudah menjilat ibu jarinya duluan. “Jorok, ih, itukan dari mulut gua.”

Keanu tertawa kecil. “Still taste sweet. Hence, I'm still fine by it.

Wajah Harvey menghangat. Untung saja kaca mobil memang sedang dibuka jadi ia bisa beralasan jika ditanya mengapa wajahnya menghangat dan memerah. Ia tinggal menjawab karena cuaca yang panas.

Ia berdeham dan membenarkan posisi duduknya. Berusaha menetralisir rasa berdebar. “Kita abis ini makan apa lagi?”

“Masih muat perutnya?” goda Keanu.

“Masih. Ayo ke tempat selanjutnya.”

Roger, your highness.”