42.

“Narendra ini nggak pernah bawa temannya ke rumah ini. Grandpa agak kaget pas ngintip dari jendela kalo dia bawa orang lain. You must be special for him.”

“Kasian dia kalo ga ada aku bakal luntang luntung sendiri atau paling parahnya cuma diem di hotel ga ngapa-ngapain.” Pukulan di bahu diterima oleh Narendra sesudah berucap iseng.

“Kamu nih nggak sopan ngomong kaya gitu.” Si Kakek memarahi cucunya yang kelewat iseng. Narendra balas mengangkat bahu.

“Kalian istirahat gih di kamar. Udah disiapin juga sama pelayan. Makan siang nanti dianterin ke kamar kamu. Sorenya petik anggur di kebun bareng Elle.”

“Ok, grandpa.”

Kakek menganggukan kepalanya. “Kalau butuh apa-apa grandpa ada di kamar bawah.”

Setelah saling bertukar cerita selama dua jam akhirnya sang Kakek memutuskan untuk istirahat sejenak di ruangannya. Narendra membawa Elle ke kamarnya di lantai atas.

Narendra terkekeh melihat mata Elle yang terpejam beberapa saat kemudian terbuka lagi. “Ngantuk lu? Tidur aja di kasur gua. Tenang gue ga bakal berbuat aneh-aneh.”

Karena sudah kelewat ngantuk pria yang lebih kecil itu langsung merangkak naik ke atas kasur dan menggulung dirinya dalam selimut. Tenang saja sepatunya sudah dilepas dari sebelum mereka menginjakan kaki di ruang tamu. Narendra memberinya sendal rumah.

Elle tiba-tiba bangun dari tidurnya setelah selama tiga puluh menit terlelap. “Lu ga cape emangnya? Gue tidur di kursi aja.”

“Telat banget Elle nawarinnya.” Narendra tertawa lepas. “Udah sana lanjut tidur. Gue lagi ngurus kerjaan sebentar.”

“Ngerjainnya di atas kasur aja.”

Narendra menggeleng pelan. “Nggak bisa. Nanti gue malah ikutan tidur.”

“Emang lu lagi ngerjain apa deh. Kayanya sibuk banget.”

“Ngegambar rumah orang.”

Elle menunjukan raut bingung. “Gue desainer interior. Ini desainnya harus selesai minggu depan dan gue tinggal nyusun bentuk playground anaknya,” jelas Narendra

“Ohh... Okay. Gue lanjut tidur ya. Semalem susah tidur.”

Gumaman menjadi hal terakhir yang didengar Elle sebelum ia kembali ke alam mimpi. Hening kembali menemani Narendra yang sibuk berkutat dengan gambar di depannya.

Tidak berapa lama setelah pekerjaannya selesai seorang pelayan mengetuk pintu kamar membawakan mereka berdua makan siang. Sesudah makanan di letakan di meja, Narendra hendak membangunkan Elle. Niatnya ia urungkan kembali ketika melihat wajah damai Elle saat tertidur. Matanya kembali sembab. Mungkin itu penyebab Elle kurang tidur. Pria itu menghela napas ringan dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah pria yang tertidur.

Ia menarik sebuah kursi dan duduk di samping kasur. Memasang earphone di kedua telinganya dan menonton sebuah film untuk mengisi kekosongan. Makan siangnya juga tidak ia sentuh hingga Elle bangun dari tidurnya.