29.
Harvey dan Nancy sedang sikut menyikut saat Mahen datang menghampiri mereka berdua. Harvey langsung menghentikan aktivitasnya dan matanya terfokus pada pria di depannya. Seseorang yang sudah ia sukai sejak lama tampil mengagumkan malam ini. Setelan jas berwarna maroon membalut tubuhnya dengan apik. Bahu bidang milik Mahen menjadi pusat perhatian dari indra penglihatannya. Harvey membayangkan kepalanya yang disandarkan kepada bahu kokoh itu.
Mahen melambaikan tangannya di depan wajah Harvey. “You okay? Nance, si Harvey kenapa kok diem aja?”
“Gak apa-apa. Laper kali dia. Udah yuk masuk aja.” Nancy menggandeng tangan Harvey menuju meja yang sudah direservasi untuk mereka. “Lo kalo kagum sama Mahen jangan kaya orang kesurupan Vecna dong,” bisik Nancy.
“Ganteng banget, Nance, asli dah. Gue udah lama ga ketemu Mahen. Dia jadi makin cakep banget,” balas Harvey yang direspon dengan tatapan malas dari Nancy.
“Papa sebentar lagi dateng. Bareng papa kalian juga.” Suara Mahen menginterupsi keduanya yang membuat Harvey kembali mematung. Nancy hanya menggeleng kecil ketika melihat sahabatnya kembali menjadi sebuah batu sungai besar yang sulit digerakan.
“How's life?” tanya Mahen.
Harvey dengan senyum lebarnya menjawab, “Great.” Life is great when you are around. Namun kalimat tersebut tidak berani ia ucapkan karena takut tidak mendapat respon yang ia inginkan. Terlebih karena itu adalah Mahen.
Harvey menatap keluar jendela. Melihat jalanan beserta lampu-lampu temaram yang membantu para pengendara beserta pejalan kaki untuk melihat. Mahen melirik sekilas kemudian fokus mengendarai lagi. Ia mengantar Harvey pulang melewati rute jalan yang sudah ia hafal di luar kepala.
Semenjak selesai makan dan pergi meninggalkan restoran tidak ada sepatah kata pun di antara mereka. Seakan ada gembok yang mengunci rapat mulut mereka dan kuncinya tidak dapat dibuka sebab telah dilempar sembarang arah. Keduanya sedikit merasa canggung pun nyaman dengan kecanggungan di antaranya.
Harvey sebenarnya ingin sekali mengobrol dan mendengar cerita tentang kehidupan perkuliahan Mahen tetapi ia enggan untuk memulai percakapan. Takut dirinya akan mengganggu Mahen.
Perjalanan mereka masih selama lima belas menit lagi. Mungkin akan lebih cepat karena jalanan begitu lengang di malam hari. Lampu merah di hadapan mereka tidak menjadi penghambat di penghujung hari. Karena bosan menunggu dalam hening akhirnya Mahen berinisiatif untuk memutar lagu dari playlist spotify **miliknya. Lagu Little Things milik One Direction terputar menemani keheningan mereka.
Harvey masih setia menatap jalanan melalui jendela di sampingnya tetapi telingannya menangkap samar-samar lirik yang disenandungkan oleh pria di sampingnya.
I won't let these little things Slip out of my mouth But if I do It's you Oh it's you They add up to I'm in love with you And all these little things
Harvey berharap barisan lirik tersebut ditujukan kepadanya. Walau kecil peluangnya ia masih mau berharap kalau Mahen sedikit menyimpan rasa kepadanya.
“Thank you, Mahen. See you next time. Safe drive.” Harvey turun dari mobil Mahen secepat kilat tanpa mendengar kalimat balasan dari pria yang mengantarkannya pulang.