212.
Elle was in the edge of crying if his phone doesn't ring, showing someone's name. The one he's been waiting.
Elle mengangkat panggilan tersebut.
“Halo.”
“Elle?”
Elle masih terdiam. Tidak percaya dengan suara yang ia dengar.
“Elle. I’m sorry for not contacting you earlier. Gue baru sadar kuota sama pulsa gue abis. Gue udah ngirim pesan berkali-kali tapi nggak kekirim. Kirain jaringannya lagi jelek. Baru tadi nyoba nelpon dan dapet pemberitahuan pulsa gua ga mencukupi.”
“Bego.”
“Narendra begonya kebangetan.”
Elle berkata dengan emosi. “Gue nungguin. Sampe mikir kalo lo ghosting gua lagi kaya waktu dulu.”
“Sorry, Gabrielle.”
“Bego.”
“Iya, Narendra bego udah bikin khawatir. Maaf ya? Sabtu nanti mau meet up? I want to apologize to you properly.”
Elle memilin ujung bajunya. Tampak bimbang. “Awas kalo bohong.”
Narendra mengangkat dua jarinya walau pun tidak bisa dilihat lawan bicaranya, “I swear. Janji ga bohong.”
Elle tertawa mendengar nada bicara Narendra. Dua anak adam itu terus mengobrol sampai salah satunya menyudahi panggilan karena besok harus masuk kerja.
Kali ini Narendra menepati janjinya. Ia mengabari Ellenya. Menghapus rasa takut pujaan hatinya akan ditinggalkan begitu saja. This time Narendra will try to make it up to Elle. He promise himself not to repeat the same mistake.