193.
Nancy terus mencari di mana keberadaan sahabatnya. Waktu sudah menunjukan pukul 8.30 hampir memasuki puncak acara yaitu pengumuman Prom Queen & King. Banyak murid yang telah berkerumun bersiap untuk mendengar nama dari orang yang terpilih.
Katie menenangkan Nancy yang terus bergerak gelisah. “Dia pasti dateng, Nance. Kalau pun nggak dateng nanti kita samperin kamarnya terus omelin dia karena udah bikin nunggu.” Kata-kata dari Katie tidak berpengaruh apa-apa pada Nancy yang membuatnya menghela napasnya sambil sesekali ikut mencari keberadaan Harvey.
Waktu bergulir dengan cepat dan tiba saatnya pengumuman Prom Queen & King angkatan 2022. Pemenang Prom Queen dipanggil maju terlebih dahulu dan diberikan mahkota di atas kepalanya. Murid lain bertepuk tangan sambil menyerukan kata selamat kepadanya. Giliran Prom King yang dipanggil maju ke depan. Sayangnya sang pemilik nama tidak ada di tempat dan membuat semua orang keheranan. Dari awal acara dimulai mereka tidak sekali pun melihat ujung rambut maupun sepatunya dan pada panggilan yang ketiga Harvey tidak kunjung hadir. Panitia terpaksa memanggil kandidat kedua sebagai pemenang yang dipanggil maju ke depan.
Biel, sang kandidat kedua maju untuk menerima mahkota dan berdansa dengan wanita yang memenangkan gelar Queen malam ini. Both of them dance gracefully with a bit of sloppy move dan emua mata tertuju kepada pemeran utama di tengah ballroom.
Nancy yang sedang menonton dalam tenang tiba-tiba merasakan hembusan angin pada telinganya dan tanpa melirikan matanya ia sudah tahu siapa pelakunya berdasarkan wangi parfum yang akrab dengan hidungnya.
“Bagus. Baru dateng. Cicak aja udah dari tadi nongki di tembok.” Nancy berkata dengan nada ketus sambil melirik sebal yang membuahkan kekehan dari Harvey.
Katie menghampiri keduanya dengan minuman di kedua tangannya. Sebagai adik kelas yang baik Harvey menyapa Katie dengan ramah dan dibalas dengan sapaan yang tidak kalah ramah. Mereka bertiga lanjut berbincang, sesekali Nancy menumpahkan teh yang telah terjadi selama acara berlangsung. Katie juga ikut menimpali ucapan Nancy.
“Eh lagu kesukaan gue. Gue tinggal sebentar ya.” Nancy menarik tangan Katie dan mereka berdua berdansa mengikuti irama musik. Sesekali tersenyum senang yang menghangatkan hati keduanya. Harvey dibuaat ikut tersenyum melihatnya. Ia juga melihat ke arah Mahen yang menjadi Disc Jockey malam ini.
Harvey mendudukan dirinya pada bangku yang tersedia di pinggir ruangan. Memilih untuk menyendiri. Ia banya menolak orang yang mencoba mengajaknya untuk berdansa. Berharap seseorang yang sangat ia nanti mengajaknya untuk berdansa.
“Do I still have a chance to ask you for a dance?”
Harvey menolehkan perhatiannya ke samping dan sebuah uluran tangan mengarah kepadanya. Dirinya tersenyum dan dengan senang hati ia terima. Harvey sudah menunggu momen ini dari sebulan yang lalu. Sebenarnya ia terlalu malu dan gengsi untuk mengajak duluan. Memlih untuk menunggu dan terus menunggu Keanu untuk mengajaknya duluan.
Keanu menunduk untuk menatap mata pria yang sedikit lebih pendek darinya. Tidak banyak kata yang diucapkan, alih-alih ia menunjukannya melalui gerakan. Ia menuntun Harvey dengan perlahan agar kakinya tidak tersandung karena salah langkah saat berdansa.
And when you leave me all alone
I'm like a stray without a home
I'm like a dog without a bone
I just want you for my own
I got to have you, babe
Keanu ikut mengucapkan lirik lagu yang mengalun membuat Harvey berdebar dan hampir menginjak kakinya sendiri kalau saja Keanu tidak memiliki reflek tubuh yang cepat untuk mencegah hal tersebut terjadi. Beberapa murid menggoda mereka berdua dan beberapa ada yang bersorak kecewa karena iri tidak mendapat kesempatan yang sama dengan Keanu.
“You okay, Vey?” tanyanya khawatir. “I’m fine. Thank you, Ken, for saving my ass from touching the ground.”
Harvey menyudahi acara dansa mereka dan menarik tangan Keanu untuk menemaninya mengambil minuman.
“Vey, do you mind if i take you somewhere else?” Keanu menelan ludah gugup.
“Sure. Mau ke mana?” tanya Harvey. “Deket sama hotel ini kok,” jawab Keanu.
“Alright, take me there.”
Di sini mereka, memasuki sebuah ruangan yang berada di restoran yang letaknya tidak jauh dengan hotel tempat mereka bermalam. Harvey menelan ludahnya dengan kasar saat disuguhkan oleh ruangan di depannya. Kakinya melangkah masuk mendekati sebuah layar proyektor. Matanya menatap tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sebuah kalimat yang familiar terpampang jelas melalui proyektor tersebut. Keanu menyerahkan sebuah remot agar Harvey bisa melihat kalimat-kalimat selanjutnya.
“So, it’s you, all this time it’s always been you.” Keanu hendak menjawab tapi Harvey jauh lebih cepat berkata. “I feel stupid, Ken. I know you like me tapi gue sama sekali nggak tau kalo lu yang selama ini ngasih snack dan notes buat gue.”
Harvey berbalik menatap Keanu. “Harusnya gue sadar tulisan lo di notes dan buku gue yang pernah lo coret itu sama. Tapi dengan begonya gue nganggep itu semua cuma kebetulan.”
“Now you know and it’s enough for me.” Ucap Keanu menenangkan.
“Tapi terlalu telat sadarnya.”
“Vey, gue bilang kan nggak apa-apa.”
“You don’t get it how disappointed I am at myself.”
Harvey merasa bodoh sekaligus kecewa dengan dirinya sendiri. Orang yang selama ini ia cari berada di dekatnya, tapi dengan bodohnya dia tidak menyadari keberadaannya. Kepala mungilnya tertunduk memikirkan semua waktu yang terbuang akibat kebodohannya sendiri.
Tiba-tiba sebuah melodi yang amat ia kenal mengetuk indra pendengarnya. Matanya tak lagi melihat ke bawah melainkan terfokus kepada seseorang yang sedang menari dengan konyol disertai senyuman khasnya tak pernah pudar.
Tangan Harvey ditarik untuk ikut menari bersamanya. Mereka menggenggam tangan satu sama lain dan membiarkan tubuhnya bergerak sesuai irama. Lagu The Way You Make Me Feel milik Michael Jackson membuat suasana hati Harvey membaik. Keanu selalu tahu cara untuk menghiburnya.
“I was made to be your personal secret admire, Harvey. I didn’t have the courage to tell you in person until we were in our senior year. I also never blame you for what happen. Gue selama ini selalu sembunyi, wajar kalo lu nggak tau.” Keanu berusaha meyakinkan Harvey kalau ini semua bukan salahnya. Bukan juga salah Keanu. Ini semua hanyalah masalah waktu sampai semuanya bisa terungkap. Harvey menatap Keanu dengan lembut.
Keanu mengelus wajah Harvey dengan ibu jarinya,“You look tired. Kita balik ke hotel aja ya.”
“Tapi makanannya gimana?” Harvey merasa sayang dengan semua makanan yang telah disajikan.
“Gampang. Snack dan notes yang belom sempet gue kasih selama sebulan bakal gue kirim ke rumah lu. Makanan yang ada di sini buat staff dan pelayan aja.” Keanu berucap dengan santai tapi justru malah membuat Harvey semakin merasa bersalah. “Hey, udah jangan sedih. Kapan-kapan kita ke sini lagi kalo lu mau. Ini restoran papa jadi lu bebas kalo mau ke sini lagi.”
Harvey mengangguk mengerti dan mengikuti Keanu untuk kembali ke mobilnya. Pergi menuju hotel tempat mereka menginap. Tak butuh waktu lama untuk sampai di parkiran mobil. Harvey dan Keanu turun dari mobil dan berjalan santai memasuki hotel.
Keanu tiba-tiba teringat sesuatu dan menghentikannya langkahnya. Ia memanggil nama Harvey dan membuat pria itu menengok ke arahnya. “Harvey, mau pacaran nggak? Kalo nggak mau nggak apa-apa,” terdapat jeda dalam kalimatnya dan ketika Harvey hendak menjawab ucapannya langsung disela Keanu, “Kita langsung nikah aja.”
Harvey yang ingin memberi jawaban langsung dibuat terperanjat. Membuat Keanu mengusap wajahnya sendiri karena merasa bodoh sudah berucap seperti tadi. Mukanya memerah memikirkan dari mana kepercayaan dirinya ia dapatkan sampai berani mengajak Harvey untuk menjadi pasangannya.
“Mau.” Harvey memeluk Keanu dan berucap dengan riang, “Heavenly yes, Keanu, I want us to boyfriends.”
Tidak kata-kata yang pas untuk menjelaskan bagaimana perasaan keduanya sekarang. Yang pasti mereka bahagia dan merasa lega sudah mengetahui perasaan masing-masing.