190.

“Capek banget. Padahal makan, ngobrol, sama dengerin orang speech doang,” ujar Harvey yang sedang mengistirahatkan punggungnya di atas kasur.

“Baru acara makan malem belom Prom Party masa udah capek,” Rey terkekeh.

Harvey menggulingkan badannya ke arah Rey, “Sorry gue bagian dari persekutuan remaja jompo. Nggak kuat duduk lama-lama.” Rey tertawa lepas mendengar ucapan Harvey. Tidak ia sangka ternyata Harvey orang yang cukup menyenangkan. Pertemuan awal mereka tidak memberikan kesan yang baik. Mengingat hal itu Rey sedikit merasa bersalah.

“Harvey, gue mau minta maaf lebih proper. Sorry for making you feel left out beberapa bulan yang lalu. Gue udah nyoba beberapa kali buat ngajak lu ikut dalam percakapan gue sama Mahen, but I think I’m not doing enough sampe bikin lu kabur.”

Keduanya duduk berhadapan di kasur masing-masing. Harvey yang mencerna kalimat dari lawan bicaranya dan Rey yang gugup menunggu balasan dari orang di depannya.

It’s okay. Udah terjadi juga.” Jawaban Harvey sedikit membuat Rey bingung. Harvey tersenyum melihat ekspresi dari Rey. “Gue nggak suka berlarut-larut sama satu masalah. Toh we’re good now, lu sebenernya nggak perlu minta maaf lagi just to make me feel better.” Rey mengangguk mengerti.

“Orang sebaik lu kenapa masih ada aja yang benci.”

That’s how life work, Rey. Akan selalu ada orang yang benci dengan apapun yang lu lakuin. Sebaik apapun itu akan selalu keliatan salah di mata orang yang juga salah.”

“But you don’t deserve any hate.”

Harvey mengangguk setuju, “True. Tapi gue tetep nggak bisa bikin mereka suka sama gue, not even the guy I like for many years.” Rey tersedak ludahnya sendiri saat Harvey menyinggung seseorang yang sangat ia kenal. “He’s stupid for not realizing your feelings. Gue pengen banget mukul kepala Mahen pas dia cerita kalo lu nggak sengaja ngasih tau perasaan lu ke dia.”

“Besok Mahen jadi DJ. Tolong pukul aja kepalanya tapi jangan terlalu keras nanti lu masuk penjara.”

“Gue nggak keberatan masuk penjara demi lu.”

“Jangan mulai.”

“Hehehehe. Sorry.” Rey and his agenda to tease Harvey will never end.