157.

Dengan perasaan yang berdebar Keanu hendak melangkah ke dalam kelas Harvey dengan sebungkus cookie dan notes yang tidak pernah absen.

Belum sempat mulutnya menyebut nama Harvey seseorang telah mendahuluinya. Biel memberikan satu bar coklat beserta notes yang berbentuk sama seperti miliknya.

Mata Harvey membesar ketika melihat notes yang diberikan kepadanya. Segala macam bentuk pikiran berlarian. Orang yang selama ini ia cari adalah Biel. Orang yang selama tiga tahun tidak pernah absen memberikan snack secara diam-diam dan notes bertuliskan kata-kata penyemangat, terkadang sebuah kutipan romantis dari orang terkenal. Tapi ia tidak ingin terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Harvey berusaha untuk tetap tenang sampai Biel pamit keluar dari kelasnya. Saat itulah matanya bertemu dengan mata Keanu. Sebuah sorot sedih dan kecewa bercampur menjadi satu di bola mata Keanu atau itu hanya prasangka Harvey saja. Pria itu jalan menuju dirinya dan menyerahkan sebungkus cookie kepadanya. Putra yang duduk berjarak tidak jauh dari mereka hanya tersenyum kecil sambil menyaksikan adegan yang sudah lama ia nanti.

“Buat lu, Vey.”

Thank you, Ken.”

“Gue langsung balik ya. Udah mau bel.” Keanu pergi meninggalkan kelas Harvey tanpa mendengar balasan dari mulut Harvey.

Senyuman di wajah Putra luntur diganti dengan tanda tanya. Saudaranya tidak memberikan notes seperti yang dijanjikannya semalam. Di sisi lain Keanu berjalan sambil meremat kertas yang ia pegang lalu disimpan di saku celananya. Sementara Harvey merasa bingung, tidak biasanya Keanu berperilaku seperti tadi.