150.

Harvey sedang tertidur saat ibunya mengguncang dirinya yang sedang berada di alam lain dan berkata ada seorang teman yang datang berkunjung. Dengan langkah kikuk khas orang baru bangun tidur, Harvey turun ke lantai bawah untuk menemui tamunya. Jiwanya masih belum sepenuhnya bangun karena terpaksa sadar secara tiba-tiba.

Ia tidak mau berpikir siapa yang datang. Kalau Nancy pasti perempuan itu sudah langsung masuk ke kamarnya tanpa repot-repot dibukakan pintu. Tapi firasatnya berkata kalau tamunya bukanlah Nancy.

Harvey—dengan penampilan yang acak-acakan, kaus lecek, celana pendek sepaha, dan rambut bagai sarang burung—terpana kaget saat melihat Keanu dengan pakaian rapi dibalut jas, kemeja putih, dan celana bahan. Pria itu duduk di ruang tamu dengan senyuman khas miliknya.

Malu dengan keadaannya Harvey cepat-cepat menyembunyikan wajah kucelnya di balik kedua tangannya. “Kok dateng ga bilang dulu? Malu banget guanya acak-acakan begini.”

“Hehehe sorry. Niatnya mau surprise tapi kayanya salah timing.”

“Salah banget, Keanu!!!”

Keanu menghampiri Harvey yang sedang berdiri. “Ganti baju dulu sana, gue mau ajak lu dinner.”

Harvey mengangguk. “Sini ikut aja ke kamar gue. Jangan kaya orang asing duduk di ruang tamu sendirian.” Keanu mengekori Harvey dari belakang. Ia mendudukan diri di kursi belajar sambil menunggu Harvey bersiap-siap.

“Udah siap?” tanya Keanu setelah melihat Harvey dengan pakaian rapi dan rambut yang tidak menyerupai sarang burung lagi. “Sebentar, pake parfum dulu.” Disemprotkannya parfum itu di beberapa titik badannya.

Let's go.”

Wait, gue izin sama mami lu dulu,”, ucap Keanu saat melihat calon mertua, ralat, ibunya Harvey di ruang tamu.

“Tante, aku izin bawa Harvey buat makan malam di luar, boleh?” pinta Keanu.

Sang ibu tersenyum, “Bawa aja Harveynya, tante bosen liat dia di rumah mulu.” Harvey yang mendengar perkataan ibunya langsung merajuk. Ibunya dan Keanu tertawa kecil melihat tingkahnya.

“Terima kasih, Tante.”

“Sama-sama…”

“Keanu. Nama saya Keanu. Maaf lupa perkenalan diri.”

“Nggak apa-apa. Tante titip Harvey, ya, Keanu.” Keanu mengangguk dan berpamitan sekali lagi sebelum keluar menuju mobilnya. Harvey memeluk ibunya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Keanu membukakan pintu mobil untuk Harvey, “Silahkan, Tuan muda.”

“Terima kasih, Pak supir yang baik.”