134. A Bond Between The Father and The Son
Mengambil napas panjang Daniel mempersilahkan Joshua masuk ke kamarnya. Ia sudah bersiap kalau-kalau papinya akan memarahinya lagi tapi hal pertama yang Daniel rasakan adalah pelukan. Erat. Hangat. Ia lupa kapan terakhir kali dipeluk oleh papinya seperti ini.
“Maaf, ya, Papi bikin kamu sedih sampai sakit kaya kemari. Mami marah banget pas tau anaknya demam.” Daniel segera mendongakan kepalanya ke atas. “Papi ketemu Mami pas di Sydney?” Joshua tersenyum karena antusiasme anaknya. Ia elus kepala Daniel, “Iya, soalnya Mami punya kenalan orang yang bisa design ruangan jadi sekalian deh kemarin ikut Daddy ke Sydney.”
Alisnya bertaut bingung. Apa yang sebenarnya dibicarakan oleh papinya. Melihat anaknya diam membingung Joshua menuntunnya untuk duduk di atas kasurnya. “Sebenernya yang punya job di Sydney itu Daddy. Rory istrinya Mami kepengen Daddy jadi model brand make up product company mereka. Terus Papi kebetulan inget kalo Mami punya banyak kenalan sana sini. Papi tanya lah Mami ada kenalan desainer interior ga, terus Mami bilang ada. Yaudah Papi jadinya ikut Daddy buat ke Sydney.”
“Pas dapet kabar kamu sakit Mami sama Mama langsung marahin Papi abis-abisan. Mami kamu ngedumelin Papi terus dan persis kaya kamu kalo lagi ngedumel pas ga suka sesuatu. Tapi bukan ini yang sebenernya pengen Papi omongin. Papi dari awal mau minta maaf sama Nini atas semua yang udah Papi lakuin ke kamu. Harusnya Papi jadi orang pertama yang dukung impian kamu, jadi tempat aman bauat kamu berlindung. Tapi yang Papi lakuin sebaliknya, kamu malah jadi cari tempat aman ke orang lain. Papi bukannya ga mau dukung impian kamu, tapi cuma takut kamu berakhir sama kaya Papi. I see so much of myself in you and Papi is so afraid you will do the same thing as Papi.”
Diamnya Daniel menjadi clue untuk melanjuti kalimatnya. “Papi dulu ketemu Serena, maminya kamu pas kita ada di satu band yang sama. Papi jadi pianis dan Serena jadi gitarisnya. Tapi karena satu kejadian atas keteledoran kita berdua jadi lah Nini, Niel, dan Dani. Dunia musik itu ga sebatas kamu buat musik abis itu udah selesai. Masih banyak hal lainnya dan culture yang ga familiar di kalangan awam.”
Semua berawal dari after party and hook up culture yang biasa dilakukan oleh semua anggota bandnya hingga kejadian pada suatu malam yang merubah segalanya. Joshua dan Serena hanya teman biasa yang menjadi akrab karena mereka berada di satu band yang sama. Never a thought of romantic attraction cross betweeen them. Selain itu ada juga preferred sexual orientation yang membatasi mereka. Tapi pada suatu pesta mereka meminum alkohol yang cukup kuat dan terpengaruhi oleh efek sampingnya.
The next morning they acted like nothing happened between them. 2 months later Serena started showing pregnancy symptoms and took the test. She told Joshua about the result and what she is going to do next. She’s not mad at him because it’s both their fault.
Serena tidak mau menggugurkan kandungannya dan berencana untuk menyerahkan bayinya pada adoption centre. Joshua dan Serena belum siap punya anak. Mereka bahkan masih harus menyelesaikan kuliahnya setengah tahun lagi. Tapi Joshua tidak tega kalau harus melihat anaknya dirawat oleh orang lain.
Thus why the made an agreement after the baby born he will be the one who raise them. Serena setuju dan dia juga akan ikut ambil peran menjadi ibu dari bayinya. Satu hal yang tidak akan mereka lakukan adalah menikah.
Selama menunggu bayinya lahir Joshua mengambil S2 dan juga bekerja di perusahaan ayahnya. Sementara Serena bekerja freelance dan ikut mengumpulkan uang untuk biaya persalinan. Joshua could just ask his father for money and he will give it to him but pride and dignity always consume him. He chose to work hard to earn his own money.
Selama menjalankan studi serta pekerjaannya ia bertemu Ruby dan mereka menjalin hubungan. Joshua juga sudah menjelaskan mengenai keadaannya sebelum mereka berpacaran dan Ruby tetap menerima dirinya apa adanya. He loves Joshua even more. As they wait for the babies to come, the three of them grow a feelings for the babies.
Thrill, excitement, and affection. After a long time of waiting the babies were finally born. They love them more than anything, especially Ruby. He has been waiting for the baby more than ever. He found a new purpose in life. A lifetime soulmate to Joshua and a whole time fatherhood to Daniel, Daniela, and Danielle. Twelve years later to his last child Daisy.
Mereka bertiga merawat ketiga bayi kembar yang telah hadir di dunia. Semuanya masih berjalan dengan baik selama beberapa bulan hingga sebuah kabar datang dan Serena dipaksa untuk pulang ke negaranya untuk mengambil S2 di sana sambil melanjutkan usaha orang tuanya. Wanita itu tidak memiliki pilihan selain menuruti orang tuanya. Hak asuh ia serahkan kepada Joshua dan ia berjanji akan mengirimkan uang untuk biaya hidup anak-anaknya. She did. Even Rory her wife likes to secretly send the kids a pocket money. Rory love them like her own kids.
When the triplets start to grow up Joshua wants to be a good father figure specifically for his only son. He doesn’t want them to walk the same mistake as he did. Joshua orangnya flexible tetapi tetap tegas kepada anak-anaknya. Ia membebaskan mereka tetapi sedikit mengurangi sedikit kebebasan Daniel dan ia menganggap hal ini untuk kebaikan anaknya. Anak lelaki satu-satunya maka bahunya juga harus kuat. He is strict with his daughter but even more strict with his son. So, that Daniel can be a good example for his siblings. Saat Daniela dan Danielle dibebaskan untuk bermain, Daniel harus belajar lebih dulu. Joshua menyuruhnya untuk mengikuti les musik agar ia bisa mengajari adik-adiknya.
Tetapi setiap hari sabtu dan minggu Daniel bebas buat ikut main bareng saudaranya. Mereka pernah main lama sekali. Papi sama Daddy udah nyariin mereka kemana-mana dan pas ketemu mereka semua dalam keadaan cemong sama tanah dan lumpur dan ada daun di seluruh badannya. Mereka habis nyelamatin anak-anak kucing yang kejebak di gundukan tanah becek dan semak-semak. Papi wasn’t buying their story unlike their Daddy. Daniel dimarahi habis-habisan karena tidak menjadi contoh yang baik dan hampir membahayakan saudaranya. Mereka bisa saja terluka karena tergores oleh batang kecil semak-semak.
Hari itu Joshua terlalu keras kepada Daniel hingga Ruby harus turun tangan. Saat Daniel menunggu Daniela dan Danielle dimandikan duluan oleh papinya ia tidak menangis. Ia memilih mengerjakan PR sambil menunggu saudaranya selesai. Ketika gilirannya tiba bukan Joshua yang memandikannya melainkan Ruby. Bathup berisi air hangat serta beberapa mainan menemani Daniel mandi. Sambil mengeramasi rambutnya Ruby bertanya, “Nini sedih ga dimarahin Papi?” Daniel hanya mampu menggeleng sambil memainkan bebek-bebekannya.
Merasa ada yang tidak beres Ruby berkata lagi, “Nini boleh ngerasa sedih, nangis, marah. Mau cewe atau cowo boleh merasa begitu. Jangan ditahan terus ya, sayang?” Setelah membilas wajah putranya akhirnya Daniel mulai terisak-isak kecil. Ketika badannya dikeringkan lalu dipakaikan baju tidur dan digendong oleh Daddynya akhirnya ia menangis lepas. “Cup, cup, anak hebatnya Daddy.” Daniel menangis cukup lama hingga akhirnya tertidur di pundak Ruby. Wajah anaknya ia elap dengan air hangat. Joshua yang sedari tadi sudah memperhatikan keduanya dari luar kamar langsung merasa bersalah.
Pagi hari ketika Daniel membuka matanya ia disapa oleh sang papi yang ikut tidur di sampingnya. Tubuh kecilnya mengulet kecil dan meregangkan tangan-kakinya. “Good morning, little sun.” Daniel menegang mendengar suaranya. Joshua will never forgive himself for scolding his child far too hard. Ia **peluk tubuh kecil di sampingnya dan membisikan kata maaf. “Papi minta maaf udah bentak Nini kaya kemarin. Hari ini Nini bebas mau kemana aja sebagai hadiah permintaan maaf dari Papi.”
“Zoo. Nini mau liat jerapah.”
That day the triplets didn't go to school. Their parents took a day off and all of them went to a zoo together. Daniela dan Danielle sibuk lari kesana dan kemari diikuti oleh Daddynya, sementara Daniel hanya berjalan dengan tenang bersama Papinya. Ketika mereka sedang memberi makan jerapah Daniel berada di gendongan Joshua, mereka berdua mengerutkan mukanya menampilkan ekspresi jijik tapi penasaran. Daniel tertawa kencang ketika tangan papinya tidak sengaja dijilat oleh jerapah dan disusul oleh tawa Joshua yang melihat putranya begitu bahagia.
Hati Ruby kembali menghangat melihat interaksi keduanya. Cara mereka tersenyum dan tertawa persis sekali. Dasar ayah dan anak.
“Like I said before I see so much of me in you. Sama-sama keras kepala, cara marahnya, cerobohnya, bahkan sampai cara jalan pun sama. Tapi itu semua cuma sifat dan sikap, semua balik lagi ke diri kamu. Papi percaya kamu bisa lebih baik dari Papi. Daniel is Daniel. You are my son and not a clone of me. I should’ve realise that earlier.”
Tanpa sadar air mata Daniel mengalir. “Sebagai hadiah permintaan maaf Papi punya sesuatu buat kamu. Mulai besok studio kerja Papi bakal direnovasi jadi studio musik kamu.” Alis putranya bertaut bingung. “After everything I did this is the least I can do to support your dream. Sekalian mau ubah kebiasaan buruk Papi yang suka bawa kerjaan ke rumah.” Joshua will do anything to make up his mistake whenever his kids is upset.
Dengan perasaan yang begitu penuh Daniel langsung menerjang papinya untuk memberinya pelukan. Joshua mengecup pucuk kepala putranya. “Sorry for letting you down and making you to always be a good role model while you were also just a little kid like all your siblings.”
“I know you did all of that to make me strong and be a good person. Semua yang udah berlalu biar aja berlalu yang penting sekarang Papi ada buat dukung impian aku. You are being a good father to me and it's all I wanna know.” Daniel memeluk papinya semakin erat.
Untuk pertama kalinya setelah terakhir kali ia menangis ketika bayi kembarnya lahir Joshua kembali meneteskan air matanya. “My little baby wasn't so little anymore.” Ia cium kedua pipi anaknya dan Daniel tertawa kecil karena geli.
“Much more handsome, beautiful, smarter, but not taller than me,” godanya. “Iya deh cuma Papi yang paling tinggi yang lain cuma bonsai.” Momen haru mereka hanya berlangsung sebentar dan langsung diganti oleh saling mengusili satu sama lain. Joshua mengusap sayang kepala anaknya. Not taller than me but I'm glad you always have been much more wiser than myself.
“Ayo turun. Di bawah udah ditungguin sama banyak orang, ada temen-temen kamu juga.”
“Maksudnya gimana Pi?”
“Let's go and find out yourself.”