127.
CW // Vomiting
Elle kembali memuntahkan isi perutnya untuk yang kedua kalinya. Beruntung semalam ia sempat makan malam dalam porsi besar jadi perutnya tidak kosong saat meneguk wine.
Ia membasuh mulut dan tangannya di wastafel dan bercermin. Dirinya tampak sangat berantakan. Samar-samar ingatan kembali pada malam kemarin.
Ia merasa seolah sedang bertukar pesan dengan Nate hingga membuat dirinya kesal dan menangis. Semuanya terasa begitu nyata untuk menjadi mimpi.
Tepat ketika ia keluar dari kamar mandi terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang. Elle memasang posisi bersiap untuk memukul orang yang membawanya ke ruangan ini.
“Elle? Udah bangun ya? Gue bawain sup pereda pengar sama makan siang nih. Udah jam 2 soalnya.”
Elle kenal dengan suara itu. Suara milik seseorang yang amat sangat ia kenal. Sebentar. Kamar ini juga terlihat tidak asing beserta pemandangannya.
“NARENDRAAAA.” Elle berlari kemudian memeluk pria itu. “Gue kira gue lagi diculik.”
Narendra sedikit limbung namun berhasil menjaga keseimbangannya. Tangannya yang bebas ia bawa untuk memeluk balik pria di depannya.
“Duduk dulu Elle, makan supnya abis itu makan makanan yang gua bawa.”
Elle duduk di sebuah kursi kemudian mulai menyantap sup dan makanan siangnya. Narendra ikut duduk di kursi sebelah Elle dan menemaninya makan. Ia juga lapar dan belum makan siang.
Selesai makan Narendra menyeduh susu jahe yang ia bawa dari Indonesia untuk Elle.
“Kok bisa mikir lagi diculik, Elle?” Elle tersedak susu jahe hangatnya. “Eh sorry minum dulu abisin.”
“Ya abisnya gue terakhir inget kita lagi di rumah Grandpa abis itu tiba-tiba udah ada di sini. Kamarnya juga ga mirip sama kamar lu pas di rumah Grandpa,” jawab Elle selesai menghabiskan susunya.
“Kalo ternyata kamar tamu gimana?” goda Narendra.
“Ya I will still be freaked out lah.”
Narendra tertawa mendengar jawaban Elle. Satu hal yang ia suka dari pria yang kini berada di kamar hotelnya adalah dirinya yang selalu jujur dengan kalimatnya.
“Ngomong-ngomong gue kaya kenal furniture hotelnya. Ga cuma itu, view kamarnya pun gue kenal.”
“Oh? Lu ngerti soal furniture?”
Elle menggeleng, “Bukan itu. Kayanya kita nginep doi hotel dan lantai yang sama.”
“Wait. Kamar lu nomor berapa?” tanya Narendra.
“613,” jawab Elle.
“Fuck. Dunia kaya lagi bercanda sama kita ya. After almost two years not meeting each other, dari berbagai tempat di belahan bumi kita ketemu di Paris lagi bahkan di restoran yang sama. Not to mention that in fact kita sama-sama orang indonesia. Sekarang kita juga sehotel dan kamar kita sebelahan. Kamar gue nomor 612 dan kamar lu 613. My mind is about to explode.”
Elle termangu dengan semua kata-kata yang ia dengar. Ada apa dengan semua kebetulan ini. Ungkapan mengenai dunia yang tampak sempit sepertinya ada benarnya atau jangan-jangan Narendra mengetahui segala informasi tentang dirinya. Kepalanya mendadak berdenyut kembali.
“Gue tau lu kaget tapi gue mau bilang kalo gue bukan seseorang yang bisa tau informasi orang lain. Aduh gimana, ya, bilangnya. Intinya gue bukan orang aneh. Ini semua murni kebetulan.”
Narendra memegang kedua bahu Elle, “Gue pun kaget banget pas lu bilang familiar sama furniture hotel ini. Kirain lu juga ngerti soal ciri khas dan bahan furniture tapi ternyata bukan itu maksudnya.”
“Na.”
“Iya?”
“Sorry tadi sempet mikir yang aneh. It happens too suddenly. Otak gue kaya disuruh kerja rodi buat nyerna semuanya.”
“It's okay I get it. Kalo jadi lu juga gua bakal shock dan mikir ke mana-mana. Even worst, gue udah lari kabur loncat dari balkon sambil berharap ada karpet terbang yang bawa gue pergi.”
Elle tertawa mendengar ucapan Narendra dan pria itu juga ikut tertawa mendengar suara tawa Elle yang menurutnya sangatlah lucu bagi telinganya. Seperti suara bayi yang tertawa.
“Na.”
“Iya?”
“Gue boleh numpang tidur di sini lagi ga? Mendadak ngantuk lagi.” Elle sudah kembali berada di atas kasur.
Dengan senang hati Narendra menjawab, “Boleh dong. Tapi ada feenya.”
“Berapa tuh?” tanya Elle.
“Bukan berapa tapi apa,” ucap Narendra. “Temenin gue selama beberapa hari ke depan.” Narendra tersenyum iseng.
“Dasar.”
“Lu belom ada plan kan? Nah temenin gue aja. Kebetulan gue udah ada plan sendiri mau ke mana. Poin plusnya gue juga bakal jadi tour guide pribadi lu lagi gimana?” goda Narendra.
“Ga perlu diucapin lagi udah tau kan jawaban gua?” Elle balas menggoda.
Narendra menghampiri kasurnya dan mencubit pipi Elle tanda gemas. Yang dicubit hanya bisa pasrah dan mengaduh. Sesudah mencubit ia mengelus pipi Elle. Di pikirannya terbesit untuk mencium pipi itu tapi cepat-cepat ia hilangkan.
“Dari pada megang pipi gua mulu mending sini tidur temenin gua.” Elle menepuk sisi sampingnya yang masih kosong.
Narendra langsung membawa dirinya untuk duduk di samping Elle. Ia menyalakan tv dan memilih netflix untuk menonton film. Elle ikut menonton film yang diputar oleh Narendra tapi beberapa saat kemudian ia tertidur di bahu Narendra.