103.

Hangat. Berada di dekapannya terasa hangat bagai dipeluk oleh sang ibu. Aroma yang menguar dari tubuh Keanu memberikannya kenyaman tersendiri. Harvey semakin mengeratkan pelukannya, menggerakan kepalanya ke kiri ke kanan layaknya seekor anak anjing. Keanu dengan senang hati menerima perilaku Harvey.

Tidak terasa mereka berpelukan hingga bel berbunyi menandakan istirahat telah selesai. Tubuh Harvey menegang untuk sesaat ketika mendengar suara yang sangat familiar. Kalau ia turun sekarang sama saja dengan mencari masalah. Jarak antara rooftop dan kelasnya lumayan memakan waktu dan para guru biasanya tidak pernah telat dalam menghampiri kelas jadwalnya mengajar. Ia akan dihukum jika telat masuk ke kelas.

Keanu menepuk pelan punggung Harvey untuk menenangkannya. “Kita bolos aja sampe istirahat kedua.”

“Nanti kalo ketauan gimana? Tas kita masih ada di kelas.” Tersirat rasa cemas dari ucapan Harvey.

“Nggak apa-apa. Tadi gua sempet ke UKS buat minta surat keterangan lu lagi gak enak badan. Udah gua kasih ke guru piket dan kantor guru juga jadi aman.”

“Lu gimana? Masa gua doang yang aman.”

“Sama. Gua juga izin sakit.”

Harvey semakin bingung. Bukannya tidak berterima kasih tapi bagaimana cara Keanu meyakinkan penjaga UKS serta para guru untuk percaya kalau mereka berdua sakit. Jelas-jelas mereka sekarang tidak ada di ruang UKS dan bisa saja penjaga tersebut melaporkannya ke guru. Lalu mereka dihukum atas tindakan membolos pelajaran.

“Gue kenal sama penjaga UKS dan dia emang nggak mau ambil pusing sama anak-anak yang dateng ke UKS. Kalo beneran sakit ya diurusin, kalo ada yang mau sekedar bolos pelajaran dan tidur pun dia masa bodo. Yang penting dia udah ngejalanin tugasnya.”

Penjelasan dari Keanu tidak cukup untuk meredakan kecemasannya. “Kalo guru meriksa gimana?”

Keanu mengacak rambut Harvey yang tertata rapi. “Guru nggak serajin itu buat ngecek. Asal ada surat keterangan mereka nggak akan banyak bertindak. Kalau pun nanti dihukum tenang aja. Dihukumnya bareng gua.”

Terdengar helaan napas lega dari Harvey. Ia berterima kasih karena murid dengan track record baik seperti Keanu mau melakukan hal yang dapat merugikan demi Harvey. Merasa pegal dengan posisi memeluk akhirnya ia lepas dekapannya dari Keanu. Pipi kanannya memerah karena terlalu lama terhimpit oleh dada bidang Keanu.

“Bayi.”

“Hmm?”

“Kaya bayi. Pipinya merah tapi sebelah doang.” Pipi kiri Harvey dicubit oleh Keanu. “Nah sekarang merah dua-duanya kaya Lightning Mcqueen.”

Haevey menatap sebal. “Udah nyubit sekarang ngatain kaya Lightning Mcqueen.” Yang ditatap hanya tertawa jahil sambil menangkup kedua pipi Harvey. “Soalnya setiap liat lu, hati gue bawaannya bunyi KACHOW! Eh— maksudnya hati semua orang langsung bunyi KACHOW!” Cepat-cepat ia koreksi kalimatnya tadi.

Jantungnya berdebar tak karuan saat frasanya tak sengaja lolos dari bibirnya. Harvey biasanya tidak terpengaruh oleh kata-kata gombalan dan menganggapnya sebagai lelucon untuk menarik perhatiannya tetapi kalau Keanu yang berucap selalu timbul sebuah perasaan yang tidak bisa ia jelaskan.